TUGAS SOSRO JALMO DALAM MENGGARAP KEHIDUPAN
Tubuh kita, secara alami menuju pertapaan adalah pada usia 40 tahun.
Keriputnya kulit pada usia itu adalah awal menuju pertapaan. Bukan berarti
kulit tidak normal dan tidak mau menyerap makanan. Tetapi memang kemauan kulit
pada usia itu memang berlapar-lapar ria hingga mati satu demi satu pada level
sell. Jika kulit seperti ini hidup pada Ladang Sosro Jalmo yang tidak pernah
genturan, maka walaupun seseorang mengkonsumsi menu bergizi standard hidyp
layak. Tetep saja kulit ogah-gahan makan dan tetep keriput perlahan namun
pasti.
Tubuh membutuhkan dunia pertapaan tersendiri agar tetap remaja. Sehingga
tubuh memiliki Maqomnya sendiri-sendiri saat menjalani laku hdp di dunia ini.
1. Maqom Tubuh Amm
Usia biologis tubuh sepadan dengan usia kronologis kelahiran tubuh.
Kecelakaan pada maqom ini berarti usia biologis lebih tua dari umur kronologis
kelahiran kita.
2. Maqom Khowas
Usia tua, tubuh tampak tua, namun kekuatan physiknya masih lebih muda
dibadingkan usia Kronologisnya. Orang jawa bilang panjang umur. Contoh Eyang
GBP. KH. Abdul Roasyid yang hidup sekian abad, namun dengan tubuh yang tua
renta.
3. Maqom Khowasul Khowas
Pergerakan kronologis menuju umur panjang dan Pergerakan tubuh Physik
menuju usia 21 tahun. Ini yang sedang di garap oleh Ilmu Sopana
Kita para Santri Samala belajar bersama-sama untuk jumeneng pada Maqom
Khowasul Khowas. Agar ibadah semakin tua semakin berbobot dan enjoy.
Sangat menyedihkan jika bertambahnya usia identik dengan melemahnya tubuh
physik dan menumpuk penyakit. Sampai-sampai duduk tahiyat saja menjadi tidak
betul karena kaki sakit yang disebabkan karena timbunan Asam urat, kadar gula dan
kolesterol yang mulai menjadi Penguasa pada Istana Sosro Jalmo kita.
Maka anda pun masih bisa menikmati harta dan jerih payah anda hingga tua. Karena
banyak orang di masa tua menderita, harta berlimpah, tenaga tak ada, hidup
kesepian, merana, dan terkadang hanya bisa duduk di atas kursi roda sambil melihat
mobil-mobilnya keluar masuk garasi tanpa bisa menikmatinya. Menikmati harta yang
bergelimang saja tidak bisa, bagaimana mungkin bisa menikmati Hamparan Sawah yang
luas di Langit. Pastilah villanya dilangit terbengkalai seperti rumah tua tak
berpenghuni. Sawah dan ladangnya di sana juga amburadul penuh semak belukar. Terus
mau panen apa?
Mengerikan bukan?...
Guritan pada kening dan kerutan tubuh menjadi sebuah tanda tangan sebagai
mengisi daftar presensi penderitaan tanpa batas, merana tanpa batas, sedih
tanpa batas hingga kematian tubuhnya.
Istirahat sebentar dan coffee break di alam qubur, dan Dimulai kembali
Eposode ke dua, penderitaan, kesedihan dan penyesalan tanpa batas pada
kehidupan akhirat.
Na'udzu billaahi mindzalik... Semoga bermanfaat. Amin... Selamat
beraktifitas santriku..
0 Response to "TUGAS SOSRO JALMO "
Post a Comment