Ada beberapa teknik
dalam menjalankan Wirid Basmalah Yasamkar, ada yang dilakukan dengan cara duduk
selama satu jam full tanap mengiraukan hitungan tertentu, ada yang dibaca
sebanyak seribu kali dalam satu majlis, dan masih banyak lagi Patraping Manah (tata
cara) dalam menjalankan amalan wirid Yasamkar. Ini adalah satu butir ilmu
pandoming urip dalam serat Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (Al-Quran).
Dan diantara salah satu Patraping manah diantara sekian cara adalah sebagai
berikut :
1. Saat ucapkan Basmalah Yasamkar. (Bismillaahi
Yasamkar, Sholli alaa Muhammad).
a. Dengan cara Nutup Howo Songo yaitu
menutuip seluruh lubang tubuh yang jumlahnya ada sembilan dengan cara memejamkan
mata dan stop bernafas.
b. Sambung Nyowo, yaitu menghubungkan dua
jalur Meridiian Ren dan Meridian Du (jalur orbit nur depan dan nur belakang)
dengan cara menekuk lidah ke langit-langit mulut.
2.
Saat nandur wiji nugraha Yasamkar
berupa asma Allah yang diiperkenalkan kepada alam semesta oleh Allah yang kemudian
disebut sebagai Asma' al-Husna (Hasma Kang Bagus) Caranya adalah :
a. Dalam keadaan masih seperti posisi
nomor 1 diatas ucapkan 5x Asma’ Allah Wiji Nugraha Yasamkar yang sedang ditanam
sesuai jadwal tanam dalam Kalender Yasamkarian. Contoh hari ini adalah tanggal 30
Yasamkar sedang menebar benih "Yaa Lathifu" sambil membayangkan Nur
Putih (Putih adalah Nur yang sempurna yang didalamnya termuat seluruh warna
nur) yang turun dari langit lalu masuk melalui ubun-ubun kita dan terus turun
sampai ke butru/ tulang ekor kita.
b. Baca lagi Asma’ Allah Wiji Nugraha 5x
sambil membayangkan Nur yang turun ke ubun-ubun kita tadi naik dari tulang ekor
lalu ke atas melalui belakang tubuh kita (punggung) hingga melintasi kepala lalu
menuruni muka dan berakhir di mulut kita.
c.
Baca lagi Asma’ Allah Wiji Nugraha 5x
sambil membayangkan Nur tersebut yang ada di mulut kita terus turun ke bawah
sampai Butru/ tulang ekor kita lagi.
d.
Baca lagi Asma’ Allah Wiji Nugraha 5x
sambil membayangkan Nur yang sudah sampai pada tulang ekor kita kemudian masuk /
naik kebagian dalam dada melalui sumsum tulang belakang (sampai ke wiwara wardhaya
kita).
e.
Setelah sampai di Area dada, maka
ucapkan Asma’ Allah Wiji Nugraha 1x sambil membayangkan bahwa Nur tersebut
menyebar dari wilayah dada hingga ke seluruh tubuh kita sampai pada bagian-bagian
terkecilnya dan Nur tadi memacar menyinari dunia luar di luar tubuh kita, sehingga
berefek positif bagi lingkungan di luar diri kita.
Maka Insya Allah
tanduran ini akan sampai pada masanya untuk dipanen dan tidak bisa habis. Tak
hanya kita yang bakal menikmatinya, tetapi alam diluar diri kita pun juga dapat
menikmatinya. Sampai kapan? Sampai kita Bertemu kepada Allah di Alam
Kelanggengan nanti.
Jadi demikian
caranya nggeh. Tata lahir kita membaca Basmalah Yasamkarian dan Wiji
Nugroho Yasamkar namun hatinya melafalkan kalimat-kalimat agung yang telah
digariskan sperti diatas.
Tata Bathin/ Manah
tidak hanya sekedar membaca atau melafalkan secara lahiriyah saja namun hati juga
harus benar-benar hadir serta mengahdap dengan sungguh-sungguh, (muraqabah). Jika
hanya sekedar membaca saja anak kecil pun bisa. Belajar tanpa bimbingan dari
guru, Mbah Google juga bisa dan di Kitab-kitab pun banyak yang membahasnya. Maka,
posisi guru sangat-sangat penting sebagai penjamin bagi seorang santri.
Jika kita sudah
mulai memasuki area Manah (muraqabah), hanya bisa berguru kepada orang-orang yang
belajar ilmu walayat dan hakekat. Karena didalam kitab-kitab tidak menerangkan tentang
hal itu dan mbah google tidak bisa menerangkannya.
Ilmu semacam ini
hanya diajarkan secara turun temurun dari Guru ke murid terkait dengan membuka
Kran Wiwara yang tidak bisa dilakukan oleh kitab dan tidak bisa pula dilakukan
oleh Mbah Google.
JUMENENGAN TEMEN
Bantala, 30 Wardaya 1 Y / Senin Pon, 6 Agustus 2018 M / 25 Dzul Qo'dah 1439 H.
Ya Lathifu (Yang Maha Lembut)
0 Response to "PATRAPING MANAH AURAD YASAMKARIAN"
Post a Comment