TATACARA MANAH WA BERJAMAAH
Himbauan bagi pemegang Aurat Wihdatul Alam (WA),
saat wirid WA bisa dilakukan secara berjamaah dan
pada saat manah juga berjamaah. Oleh karena itu, harus ada komandannya. Untuk apa komandan dibutuhkan?
Jawab :
untuk mengantispasi jikalau diantara pengamal WA ada yang terkena deviasi / penyimpangan / efek dari aurad tersebut.
Terkadang
salah satu jamaah datang membawa teman yang bermasalah dalam urusan rumah tangganya, ekonominya, jabatannya dan sebagainya. Kemudian mereka turut hadir dan berniat untuk sekedar ngalap barokah. Mereka
boleh ikut dzikir bareng-bareng sama
seperti di sini.
Lha terkadang
juga terjadi deviasi diantara mereka. Ada yang kesurupan,
ngamuk sejadi-jadinya. Maka sang komandanlah yang harus berdiri untuk menenangkannya, sementara para jamaah yang lain terus melanjutkan dzikirnya
dengan suara jahr (suara yang bisa didengar oleh telinga teman sekitarnya / bacanya tidak didalam hati)
Lha dalam menjalankan wirid berjamaah ini bagi komandan wajib memberi tahu
kepada anggota jamaahnya atau memberi rambu-rambu yang (disebut suluk) sebagai
patokannya. Kemudian para jamaah mendengarkannya. Setelah rambu-rambu / suluk tersebut selesai dibaca, kemuidan para jamaah dan imamnya bersama-sama membaca wiridnya secara
berurutan / bergantian.
Dan para jamaah menjawab suluk tersebut : dan dibaca
oleh para jamaah juga imam.
Maruta, 46 Wardhaya 1 Y
بِسۡمِ اللّٰهِ يَسَمۡكَرۡ. صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدۡ
Bismillaahi Yasamkar, Sholli 'Alaa Muhammad
(Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Segala galanya. Semoga rahmat tetap tercurahkan kepada Muhammad Saw)
(3/7/100/1000X)
Yaa Hakiim
(Yang Maha Bijaksana)
21X tanpa bernafas
(Menjelang brkt kerja n menjelang tidur)
Rabu, 22 Agustus 2018 M
١٠ ذوالحجة ١٤٣٩ ه
0 Response to "TARA CARA MENGAMALKAN AURAD WIHDATUL ALAM SECARA BERJAMAAH"
Post a Comment