SULUK LAMBARAN YASAMKAR
Hasmo atau Asmo Sejati (nama
sejati) adalah saudara tertua yang lahir sehari sebelum kita dilahirkan, kalau
orang jawa menyebutnya “Sedulur tua” Sudah menjadi taqdir Ilahi sehingga thukul
(tumbuhlah) makhluk bukan laki-laki ataupun perempuan.kalau menurut bahasa Arab
disebut sebagai “Qorin” sedangkan dalam hasanah ilmu kebathinan disebut “Hasma”
yang bersahabat dan mendampingi hidup kita tanpa adanya perjanjian apapun
sebelumnya. Sedangkan “Khodam” asli (bawaan dari dealernya) itu sebenarnya
tidak ada, kecuali kalau kita kulakan Jin (mengadakan perjanjian degan bangsa
jin) untuk membantu urusan kita.
Pada bab ini kami tidak membahas
mengenai khodam atau jin pembantu atau jenis jin perewangan atau apa-lah
namanya, namun yang akan kami bahas adalah menegnai sejatinya diri sendir, diri
yang sejati yang kami sebut sebagai Trio Leareds, yaitu: (1) Komandar Sadar
(2) Komandan Bawah Sadar, dan (3) Komandan Aku. Berikut
penjelasannya :
1. Komandan
Sadar, yang dipimpin oleh otak, yang bertugas utnuk mengendalikan panca indera
kita, yakni mata, telinga, hidung, mulut, dan kulit. Itu semua dapat kita
rasakan karena berkat kerjasama hebat atara seluruh indera atas perintah
Komandar Sadar. Contohnya, Sengaja atau tidak sengaja, yang namanya berkedip
itu tidak usah disuruh pun kelopak mata ini akan berkedap sendiri sesuai jadwal
yang sudah ditentukan. Namun ada kalanya kita menahan kedipan tersebut sesuai
atas kehendak “Komandan Aku”
2. Komandan Bawah
Sadar, dipimpin oleh Wiwara, yang didalamnya terdapat Galih Wiwara (inti sari wiwara)
yang bertugas untuk mengendalikan semua hal yang ada di dalm diri kita, selain
panca indera diatas. Maka, berdegubnya jantung, paru-paru, ginjal, adrenal,
lever, pankreas, limpa kecil dan kelenjar-kelenjar seperti pituitaty, thamus
thalamus. Hypo thalamus, semua itu bekerja dibawah kendali Sang Wiwara, yag
bekerja selama 24 jam penuh tanpa henti, semenjak sell telor ibunda dan sell
sperma ayahanda kita bertemu membangun
tubuh ini hingga kini dan nanti. Ini adalah pekerjaan Komandan Wiwara (KW).
Maka, lihat kerjanya yang membuat tubuh dan menjalankannya hingga saat ini. Maka
dapat diambil ksimpulan bahwa, jika hanya dengan urusan penyakit adalah hal
kecil bagi komandan ke dua (GW) ini. Apalagi hanya sekedar pengusaan khodam yang
didapatkan dari hasil ritual, he he... nggak ada sekuku hitamnya loorrr...
3. Komandan Aku,
ya diri sendiri ini, wujud atau fisiknya bisa dilihat, butuh makan dan minum. Butuh
tidur dan bekerja dan lain sebagainya.
Kita, raga ini adalah produk
lokal harus bisa menyatu dengan produk yang dari sana. Jikalau produk lokal
sudah rusak / mati, ya harus dibuang di kuburan, tapi produk yang dari sana ini
masih utuh dan kembali kepada Yang Memilikinya, yakni Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dan kelak dialah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua
amal ibadah kita di dunia ini. Lha produk darai sana ini sering disebut sebagai
Qorin atau jin penjaga kita, kalau orang jawa menyebutnya “sedulur tua”.
Permasalahannya... antara jiwa
yang dari sana dengan diri ini sebagai produk lokal karoseri raga buatan ayah
ibu sering terjadi gesekan dan perselisihan dalam waktu yang bersamaan.
“Niat ingsung poso bantalan poso,
ingsun kang teko saka kana, siro tangiho, mugi Gusti Allah paring kanugrahan
agung, sahinggo kabul sejaning laku, kaleksanan, kasembadan, opo kang dadi
sejaku.
“Ingsung kang teko soko kene,
siro turuho, ra sah njaluk ngombe, ra sah njaluk mangan, ra sah njaluk dolan.
Siro tutup kabeh lawang kasenengan iro. Ojo pisan-pisan tangiyen durung jangkep
lehku topo, gentur jiwo rogo”.
Puasa sehari, sebelum
melaksanakan puasa yang utama. Selama puasa, baca wirid suluk lambaran berikut
ini sebanyak-banyaknya.
SIRO INGSUN INGSUN SIRO. INGSUN MADHEP MARANG
SIRO,
SIRO
INGSUN INGSUN SIRO. MANUNGGAL ING JIWO ROGO.
SIRO INGSUN, INGSUN SIRO - INGSUN SIRO.
INGSUN MADHEP, MARANG SIRO - MARANG SIRO.
SIRO INGSUN, INGSUN SIRO, MANUNGGAL ING JIWO ROGO
SIRO
INGSUN, INGSUN SIRO, MANUNGGAL ING JIWO ROGO
كُنْ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدْ - كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ
كُنْ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدْ - كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ
Nah....! kalau jati diri sendiri
sudah dapat dikenali, maka akan ada dialog kira-kira contohnya seperti ini :
“Nyung...! kenapa kamu bersedih?”
jawabnya : “Gak punya duwit”. Eee... ditanya lagi :
“Kenapa bisa tidak punya duwit? Kenapa
kamu sial terus”. Mlaku sak mlaku, ming nemu leloro, pethuk .... srimpet. Itu semua
terjadi karena kamu tidak mengnali aku. Ini semua terjadi karena kamu berbuat
sendir tanpa melibatkan aku. Maka , seumur-umurmu hanya ada derita selama. Engkau
sama sekali tidak mengerti tentang aku. Padahal aku bukan siapa-siapa. Aku adalah
dirimu sendiri, yang ditaruh oleh Sang Kuasa untuk menyempurnakan kehidupanmu. Dan
seterusnya....!!!” Ini kata qorin kita.
Kalau pada level jasadiyah, yang
satu mita gula dan yang satunya meniolaknya, karena tubuhnya sudah komplikasi. Endingya
pasti nggak enak.
Kalau pada level hakekat yang
lebih tinggi pun juga sama. Kita yang satu ingin sate ayam, dan yang satunya
menolaknya karena takut alergi.
Lhaaa.., kasus semacam ini sering
terjadi disekitar kita, yang berujung tidak terkabulnya doa karena keraguan,
semua pekerjaan berantakan karena kesataun dan kepaduan dalam diri tidak saling
mendukung.
0 Response to "SULUK LAMBARAN YASAMKAR"
Post a Comment