SULUK MANGGALA YASAMKAR
Ada enam suluk yang ada di lungkup Yasmakar. Suluk-suluk ini saling berhubungan dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Keenam suluk tersebut adalah : (1) Suluk Manggala (2) Suluk Rasa (3) Suluk Karahayon 1 (4) Suluk Karahayon 2 (5) Suluk Lambaran (6) Suluk Lindhu Jati.
Baiklah...!! sekarang kita ulas dulu mengenai suluk yang pertama yaitu Suluk Manggala. Adapun suluk-suluk yang lain, Insya Allah, akan kita bahas di lain hari, di blog ini. Suluk Manggala ini sudah Final, maka hendaknya harus dicamkan dan diterapkan dalam Sopana Talusikam (TS) dan Wihdatul Alam (WA) dalam kehidupan sehari-hari.
SULUK MANGGOLO
WUJUD WUJUD LAN MAUJUD. TEKO-TEKO LAN TUMEKO
SIRO KABEH PODHO NOMPO. KANTHI JEMBARING SAMUDRO
SIRO KABEH, MONGSO IKI KANGGE SIRO
AMUJUDKE WEWAYANGING SOSRO JALMO
MURUB MANCUR JRONING ROGO
MURUB MANCUR JRONING JIWO
MURUB MANCUR JRONING SUKMO
MURUB MANCUR JRONING HASMO
كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ - كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ
كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ - كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ
MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM SULUK MANGGALA
“Wujud Wujud Lan Maujud” adalah hasil akhir dari sebuah Cipta yang telah diciptakan.
“Teko-teko Lan Tumeko” bahwa cipta itu akan segera hadir dalam waktu-waktu kita. Waktu kita adalah waktu Beta, waktu yang terjadi pada alam sadar atau realitas kenyataan hidup kita.
”Siro Kabeh Podho Nompo” adalah kenyataan dimana apa yang ciptakan di alam bawah sadar kita, itulah yang akan kita terima.
“Kanthi jembaring Samudera” secara full penerimaan yang kita terima dan tidak ada pemberian yang salah kirim. Karena alam sudah tersetting sedemikian rapinya untuk tidak meredukasi apa yang dianugerahkan Allah kepada kita.
MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM KUN SHOLLI ‘ALA MUHAMMAD
Ada dua opsi ketika kata mengucapkan kata كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ yaitu :
1. كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ bukan yang diucapkan oleh Nur Muhamad, tapi ini merupakan Wastra Daya Sholawat, sedangkan صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ....... diisi bebas, contoh بِسْمِ اللهِ يَسَمْكَرْ صل على محمد
2. Ketika membaca كُنْ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ kita sedang menirukan ucapan Nur Muhammad, alasannya karena kita adalah orang Sopana, dan kita adalah dhapuk selang. Maka apa yang kita lepaskan dari tubuh kita, itulah yang pernah kita terima tanpa mengurangi sedikitpun. Contoh, ketika kita melepaskan energi untuk mengobati orang sakit, dan disaat kita berhenti, maka isi dari selang kita masih tetap terisi secara penuh, dan obat yang ada di dalam selang tersebut pada saatnya nanti akan mengobati diri kita sendiri. Jika dengan كُنْ صَلِّ kita melepaskan energi penciptaan kepada pihak lain, dan berhenti maka energi penciptaan tersebut akan menciptakan daya untuk cita-cita kita.
Jika kita sedang mempraktikkan opsi pertama, maka obyek file harus jelas dan tahu akan tujuannya. Berbeda dengan opsi yang kedua, kita tidak perlu tahu tujuan dari obyek tersebut. Karena pada opsi ke dua ini yang mengalir didalam selang kita adalah energi Penciptaan dan Perwujudan yang terkait dengan pihak-pihak lain.
Setelah kita selesai dalam menggarap obyek tersebut, maka sisa-sisa energi yang ada di Selang Wiwara kita akan mengisi kebutuhan dan mewujudkan semua keinginan kita. Dan ingat, Energi Wiwara itu memiliki kecerdasan yang sangat tinggi, ia tahu apa yang haus ia kerjakan untuk tercapainya semua tujuan kita.
Contoh Kasus :
Jika kita ingin A (barang atau apapun jenisnya), maka si A tersebut akan kita terima secara full, dengan syarat yang pertama : Harus di “Cipta/di Tanam” dalam alam bawah sadar kita. Yang kedua : diserahkan kepada Allah dengan kepasrahan yang tinggi dengan sebenar-benarnya pasrah. Pasrah sepasrah-pasrahnya.
Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah Rasulullah ﷺ. Pernah menyentil kita sehubungan dengan Suluk Manggala ini. Suatu hari, Rasulullah ﷺ menjenguk salah seorang sahabat yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hatinya dengan bersabda “Semoga sakitmu ini menjadi penghapus dosa-dosamu”. Kemudian orang yang sakit itu berkata “tapi ini adalah demam yang mendidih, jika menimpa orang tua yang sudah renta bisa menyeretnya ke lubang kubur.” Mendengar keluhan orang itu, Rasulullah ﷺ bersabda “Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya.”
Makannya... apa yang terjadi pada diri kita saat ini adalah apa yang kita KUN-kan sendiri di masa lalu, mungkin 1 menit yang lalu atau 1 jam yang lalu atau 1 hari yang lalu atau sekian hari yang lalu. Jadi, tidak ada KUN yang terjadi secara tiba-tiba/ndilalah. Tetapi, melalui proses KUN jatining NUR sebagaimana Wedharan Ilmu Suluk Karahayon.
Langkah-langkah dalam ilmu Sopana Talusukma (ST) dan Wihdatul Alam (WA) itu diikuti mengalir saja bagaikan air. Memang pada awalnya ada rasa mbanggel atau energi dalam diri ini bertabrakan dengan energi yang sudah tertanam di dalam diri kita. Benturan antara dua atau beberapa jenis energi dapat terjadi kapan saja dan kepada siapa saja jikalau didalam dirinya belum tertanam Sosro Jalmo (SJ) atau Manunggaling Rasa yang akan dibahas pada bab Suluk “Sosro Jalmo Manunggaling Roso”
Aliran energi Sopana Talisukan (ST) dan Wihdatul Alam (WA) mengalir berdasarkan Wejangan “Bintang Mangaggala”. Pertama : Ciptakan di alam bawah sadarmu yang kedua : Lupakan, dan serahkan semuanya kepada Allah dengan pasrah sepasraah-pasrahnya. Biarlah Allah yang menentukan segalanya, dengan melalui NUR yang diturunkan-Nya kepada kita.
Karena, pada saat kita pasrah, berarti kita mengakui bahwa kita hanya bisa mencipta (melalui karya) tapi tidak bisa mewujudkan. Benar-benar kita ini tidak memiliki daya dan kuasa kecuali atas pertolongan Allah.
Kanjeng Nabi ﷺ bersabda yang artinya “Ketika seorang hamba berkata “Laa haula walaa quwwata illa billah” maka Allah pun berfirman kepada para malaikat “Lihatlah hai para malaikat, orang ini telah menyerahkan urusannya kepada-Ku” ” (H.R. Ahmad)
Setelah kita melewati 2 tahap diatas yakni Mencipta dan Pasrah, sekarang tiba waktunya bagi kita untuk menerima hasil cipta kita (hasil doa dan harapan kita) secara full.
0 Response to "SULUK MANGGALA YASAMKAR"
Post a Comment